Rabu, 30 Mei 2012

Menjabonkan Sukabumi.by hasnan habib

Hijau , rimbun, segar dan menghasilkan banyak duit, itulah nasib orang Sukabumi bila bergerak dan bertindak sekarang juga, menanam Jabon.

Pangeran Suryakancana Ratuning Gunung Gedhe

Kadangkala pendaki yang berada dikawasan alun-alun Suryakencana, akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Suryakencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana.
Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750m dpl yang berada disebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss. Suryakencana adalah nama seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Pangeran Suryakencana memiliki dua putra yaitu: Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi.
Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.
Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawag Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.

Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.

Rabu, 02 Mei 2012

Sapril Simabor di lokasi Jabon , Ciemas Sukabumi.by hasnan habib petani depok

Syafril Simabor, salah satu penggiat penghijauan dari Yayasan Meredian Mekkah Depok, terjun langsung dilapangan Sukabumi Selatan untuk observasi lahan penghijauan yang memberdayakan rakyat dengan tanaman Jabon , jauh jauh datang dari Jakarta untuk meyakinkan masyarakat bersama sama bertanggung jawab pada masalah lingkungan, menggerakkan motivasi pengurus koperasi Jaya Raga Sukabumi agar amanah pada tanggung jawab keumatan

Bupati Kabupaten Sukabumi H. Sukmawijaya.by hasnan habib petani


H. Sukmawijaya lahir di suka bumi 1956 saat ini menjabat sebagai bupati sukabumi dan memiliki empat orang anak ini adalah bupati sukabumi untuk periode 2005-2015 H. sukmawijaya menyelesaikan pendidikannya di APDN Bandung tahun 1980 kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Ilmu Pemerintahan jakarta tahun 1986 Sukmawijaya juga sempat menyelesaikan pasca sarjana pada tahun jepang pada tahun 2002
 
H . Sukmawijaya merintis karir Pns nya sejak tahun 1982 sempat menduduki berbagai jabatan penting di pemerintahan kabupaten sukabumi seperti kepala Bappeda, PLH Kadis pengairan dan PLH Kadis Pengelolaan pasar . Sukmawijaya juga sempat menjadi camat Surade pada tahun 1989 dan Camat Cibadak pada tahun 1992. Berbagai penghargaan yang diperoleh H.Sukmawijaya semasa menjabat sebagai bupati pada periode sebelumnya antara lain penghargaan USAID From The American People Sebagai pimpinan daerah yang paling Reponsif dan Mendukung Gugus kerja Masyarakat di daerah pada tahun 2006. Penghargaan lain datang dari Menteri Kelautan yaitu Adi Bhakti Mina Bahari kerna dianggap berhasil dalam bidang pengelolaan pesisir terpadu Sukmawijaya juga sempat memperoleh Manggala Karya Kencana Bidang KB dari Presiden Republik Indonesia

Penggiat Penghijauan di lokasi penanaman Jabon Sukabumi selatan. by hasnan habib petani

Dadang Rojak bersama Gilang , penggiat hutan rakyat di Ciemas Sukabumi selatan, menuju penghijauan yang memberdayakan rakyat, terkelola dengan baik, dan hasilnya akan menguntungkan rakyat

Selasa, 01 Mei 2012

Pasukan dilapangan.by hasnan habib petani depok

Sapril simabor dan Dadang Rojak SH dilapangan sengon buto, dua penggiat penghijauan dari Tim Manajemen Gapoktan ini aktif mengkordinasikan kegiatan penghijauan diwilayah Jampang Sukabumi bersama dengan pengurus koperasi Jayaraga Sukabumi.

Senin, 30 April 2012

Wisata Bersejarah Sukabumi.by hasnan habib petani depok

Kawasan wisata di Sukabumi tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang indah nan asri, tetapi juga membawa wisatawan ke wisata sejarah karena sebagian besar tempat wisata itu dibangun pada zaman Belanda. Di Selabintana yang terletak 7 kilometer dari kota Sukabumi, misalnya, wisatawan akan mendapatkan jejak sejarah peninggalan Belanda yang dipadu dengan panorama Gunung Gede-Pangrango. Hotel yang dibuat pada tahun 1900-an oleh seorang berkebangsaan Belanda tetap bertahan hingga kini dan masih menjadi ikon Selabintana.
Kawasan wisata Danau Lido juga dibuat pada zaman Belanda. Ketika itu pada tahun 1898, saat Belanda membangun Jalan Raya Bogor-Sukabumi, mereka mencari tempat untuk peristirahatan para petinggi pengawas pembangunan jalan dan pemilik perkebunan. Danau Lido sendiri adalah danau alam yang letaknya di lembah Cijeruk dan Cigombong. Jika dilihat dari atas, Danau Lido seperti mangkuk di kaki Gunung Gede-Pangrango. Di dekat danau ini juga terdapat air terjun Curug Cikaweni yang mengalirkan air yang sangat dingin. Kawasan ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1940 setelah Ratu Wilhelmina datang dan beristirahat di Lido pada tahun yang sama. Ketika itu, restoran pertama diresmikan sebagai pelengkap fasilitas kawasan wisata dan juga untuk menjamu Sang Ratu. Berbeda dengan Danau Lido, Situ Gunung bukanlah danau alam. Dari berbagai cerita rakyat setempat dan data dari pengelola taman wisata, danau ini ternyata buatan manusia. Konon, pada tahun 1800-an, danau ini dibuat oleh bangsawan Mataram Rangga Jagad Syahadana atau Mbah Jalun (1770-1841). Tokoh ini merupakan buronan penjajah yang akhirnya menetap di kawasan Kasultanan Banten, tepatnya di kaki Gunung Gede-Pangrango. Mbah Jalun merasa begitu bahagia ketika istrinya yang berasal dari Kuningan-Cirebon melahirkan seorang anak laki-laki, Rangga Jaka Lulunta. Perasaan bangga, bahagia, dan penuh syukur itu diwujudkannya dengan membangun Situ Gunung. Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih oleh Belanda dan kemudian dibangunlah beberapa infrastruktur pada tahun 1850.